Kabupaten Lombok Utara yang
dimekarkan tiga tahun lalu, ternyata bukan saja kaya dari sisi budaya dan
pariwisata, namun juga memiliki situs sejarah yang masih berdiri tegak hingga
sekarang. Situs yang dimaksud adalah Masjid Kuno Bayan Beleq, Desa Bayan
Kecamatan Bayan, sebagai saksi bisu masuknya agama Islam di Pulau Lombok.
Masjid yang berdiri disebuah
bukit dan dikelilingi beberapa cungkup makam para penyebar agama Islam
ini, diperkirakan dibangun ratusan tahun lalu, oleh seorang muballigh.
Namun hingga saat ini belum ditemukan sumber tertulis siapa pendirinya dan pada
tahun berapa didirikan. Yang jelas usia masjid yang kini dijadikan sebagai ikon
pariwisata budaya ini sudah cukup tua.
Masjid kuno Bayan Beleq
berukuran 9 X 9 meter persegi, dengan dinding rendah dari anyaman bambu.
Sementara atapnya berbentuk tumpang yang tersusun rapi dari bilah bambu
atau dikenal dengan bahasa Dayan Gunung atap santek dengan lantai tanah yang
dasarnya dari susunan batu kali.
Masjid kuno ini selain sebagai
ikon wisata, juga diabadikan dalam lambang daerah kabupaten Lombok Utara.
Masjid Kuno Bayan Beleq digambarkan dalam bentuk siluet bewarna merah sebagai
integritas peradaban masyarakat Lombok Utara. Disebutkan, bangunan Masjid Kuno
Bayan menggambarkan tonggak peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun
berdasarkan kesadaran kosmos, kesadaran sejarah, kesadaran adat dan kesadaran
spiritual.
Masjid Kuno Bayan, merupakan
salah satu warisan budaya yang harus dipelihara sebagai situs cagar budaya yang
berkontribusi dalam National Heritages. Warna merah pada stilisasi bangunan
masjid kuno Bayan menunjukkan keberanian untuk menegakkan jati diri sebagai
masyarakat budaya yang dibangun berdasarkan religiusitas yang kuat.
Konstruksi Masjid Kuno Bayan
memiliki filosofis tersendiri, yang terdiri dari kepala, badan dan kaki,
menggambarkan dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah yang merupakan satu
kesatuan dalam entitas kosmos masyarakat Lombok Utara.
Bila dilihat dari jarak dekat,
masjid kuno Bayan Beleq tak ubahnya rumah-rumah di desa Bayan, yang bentuk
bangunannya serupa dengan bentuk bangunan rumah-rumah tradisional asli
masyarakat Bayan. Saat pertama kali melihatnya, Anda mungkin tidak akan mengira
bahwa bangunannya merupakan sebuah masjid.
Di dalam masjid juga terdapat
sebuah bedug dari kayu yang digantung di tiang atap masjid serta makam beleq
(makam besar) dari salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini,
yaitu Gaus Abdul Rozak. Di belakang kanan dan depan kiri masjid terdapat dua
gubuk kecil yang di dalamnya terdapat makam tokoh-tokoh agama yang turut
membangun dan mengurus masjid ini sejak dari awal.
Denah masjid berbentuk bujur
sangkar, panjang sisinya 8,90 m. Di topang 4 Soko Guru (tiang utama) yang
dibuat dari kayu nangka, berbentuk bulat (silinder) dengan garis tengah 23 cm,
tinggi 4,60 m. Keempat tiang tersebut berasal dari empat desa (dusun) yaitu :
Tiang sebelah Tenggara, dari desa Bilok Petung Lombok Timur. Tiang sebelah
Timur laut, dari desa Terengan. Tiang sebelah Barat laut, dari desa Senaru,
Tiang sebelah Barat Daya, dari Dusun Semokon Desa Sukadana.
Pakaian yang dikenakan para
kiyai dan imam Masjid Kuno Bayan juga memiliki arti tersendiri, karena yang
boleh masuk adalah keturunan dari para penghulu atau kyai yang menyebarkan
agama Islam terdahulu. Satu contoh warna putih yang digunakanpara kiyai
melambangkan arti kesucian, sedangkan kain panjang (dodot) berwarna merah
memberi arti jiwa kepemimpinan, dilengkapi dengan sapuq atau bongot (ikat
kepala) yang juga sudah menjadi tradisi tersendiri.
Tidak diperkenankan
menggunakan celana dalam bentuk apapun. Untuk kaum perempuan cukup menggunakan
kemben, yakni kain yang hanya sebatas dada. Hal tersebut dilakukan karena
dikhawatirkan pakaian yang biasanya digunakan, telah terkotori oleh berbagai
macam jenis kotoran (najis).
Masjid Kuno Bayan dikelilingi
oleh makam para kyai yang membawa Islam pada zaman dahulu. Selain itu, juga
terdapat beberapa cungkup makam. Tercatat beberapa nama di makam tersebut,
antara lain: Pawelangan, Titi Mas Puluh, Sesait dan Karem Saleh. Mereka adalah
tokoh-tokoh yang menyebarkan Islam di Lombok. Makam tersebut dibuat seperti rumah
dari bedek (dinding dari bambu).
Salah satu makam yang
diperlakukan beda adalah makam Sesait. Konon, makam ini tidak pernah
diperhatikan ahli keluarganya hingga timbul mitos yang terjadi yaitu bencana
kematian akan datang bagi anak cucu keturunan Sesait. Namun, mitos ini
sepertinya tidak terbukti, karena sampai sekarang keturunan Sesait masih bisa
kita temukan di Desa Bayan.
Di sekitar Masjid juga bisa
kita temukan Makam Reak, yakni makam Syekh Abdul Razak yang menyiarkan agama
Islam secara luas sampai ke belahan negara yang lain pada abad ke 16/17 M.
Namun, di setiap daerah dakwahnya Syekh Gauz Abdul Razak selalu berganti nama,
oleh karena itu beliau tidak terlalu dikenal.
Bagi anda yang mau berkunjung
ke masjid kuno Bayan Belek, tak terlalu sulit, karena sarana transfortasi baik
dari ibu kota provinsi NTB (Mataram) maupun dari timur Labuhan Lombok cukup
lancar. Memang masjid ini dari tepi jalan lingkar Pulau Lombok tak begitu
tampak , yang kelihatan hanya pagar tembok dengan dua rumah kecil di kedua sisi
gerbang yaitu kantor tempat pendaftaran pengunjung dan rumah penjaga situs.
Sementara di sebelahnya terdapat sebuah berugak tempat beristirahat bagi para
pengunjung. Bangunan masjid ini baru kelihatan setelah memasuki pagar beberapa
belas meter di tengah rindangnya pepohonan seperti sebuah gubuk di puncak
bukit kecil. Selamat berkunjung (*)
permisi.. boleh nanya gak?
BalasHapusitu sumbernya dari mana, buku, artikel, atau apa?
tolong dicantumin.
terima kasih.
permisi.. boleh nanya gak?
BalasHapusitu sumbernya dari mana, buku, artikel, atau apa?
tolong dicantumin.
terima kasih.